Keindahan Kain Sutra Khas Garut Memikat Pasar Amerika dan Eropa

     kerjaninan tangan (handy craft) khas kota Garut sangatlah beragam. Selain berbagai produk yang  bisa dihasilakan dari bahan baku kulit dombanya yang memang sudah termasyhur. Satu lagi produk home industy yang menjanjikan geliat ekonomi krertaif kian bergairah.

Adalah kain tenun sutra khas Garut yang saat ini mulai memikat dunia. Dengan ciri khas corak geometri dan bunga-bunga berukuran besar menasbihkan bahwa ini adalah mnotif warisan budaya leluhur masyarakat Kabupaten Garut yang nekegenda.

Dengan adanya pelatihan dan pembinaan, produk kain tenun khas Garut makin diminati negara lain. Permintaan pesanan ke beberapa negara meningkat, di antaranya Jepang, Tiongkok, New York, Inggris, dan Myanmar.

Ketua Kelompok Sutra Alam Famili, Hendar Rogesta mengaku produksi dan pemasaran kian mudah dengan adanya pelatihan dan pembinaan oleh Cita Tenun Indonesia dan PT Perusahaan Gas Negara sejak Desember 2010 hingga Januari 2012.

“Setelah dapat pembinaan, perajin bisa ikut pameran dan fashion show. Timbal baliknya, permintaan jadi banyak” katanya.

Awalnya, menurut Hendar, industri kecil dan menengah sutra di Kabupaten Garut hanya enam kelompok pada 2012. Setiap tahun kelompok perajin bertambah hingga saat ini berjumlah 16 kelompok yang beranggotakan 2-3 orang per kelompok.

Menurut dia, para perajin bersyukur dengan makin banyaknya peminat kain tenun ala Garut yang harganya di kisaran Rp 450.000-Rp 1,6 juta per 2,5 meter. Namun, keterbatasan bahan baku dan jumlah perajin tak berbanding lurus dengan tingginya permintaan.

Hendar mencontohkan, permintaan dari Inggris sebanyak 1.500 meter per bulan. Dia mengaku tak bisa menyanggupi pesanan sebanyak itu karena kain tenun merupakan kerajinan tangan.

“Dalam sebulan, perajin maksimal bisa menghasilkan tenun ikat 500 meter, tenun sulam 300 meter, dan tenun songket 20 meter,” ucapnya.

Ketua Cita Tenun Indonesia Okke Hatta Rajasa mengatakan, pengembangan sentra tenun Garut merupakan salah satu dari 10 daerah yang mendapat 14 program pembinaan. Kesepuluh daerah itu, yakni Bali, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Banten, Sulawesi Tenggara, Garut dan Majalaya, Sambas, Bali Barat, serta Lombok dan Sumba (Nusa Tenggara Timur).

“Setiap daerah punya karakter sendiri. Tapi karena Garut lebih dekat dengan Jakarta akan memudahkan pemasaran,” ujarnya.

Okke menilai tingginya permintaan sejumlah negara menunjukkan betapa potensialnya kain tenun Garut. Melalui pelatihan, pihaknya mengubah pola pikir masyarakat agar mau berinovasi.

“Tenun ikat geometri dan bunga digabungkan menjadi motif baru. Penggunaan teknik ikat, doby, dan sulam untuk menciptakan motif-motif baru. Tapi, tak keluar atau mematikan ciri khas Garut,” tuturnya.

Head CSR PT Perusahaan Gas Negara, Enik Indriastuti menambahkan, pihaknya memberikan pelatihan teknik tenun yang efektif. Untuk teknik pewarnaan, dia menggandeng beberapa ahli desainer ataupun ahli dari akademisi.

Dia pun memotivasi para perajin baru harus berani bersaing supaya usaha mereka berkelanjutan. Untuk itu, mereka perlu memahami pengelolaan keuangan agar tak campur aduk antara kebutuhan keluarga dan bisnis.

Komentar