Sutra Garut masih tetap disukai



Mendekati musim haji, perajin batik haji panen rejeki
Menawan dengan selendang Himalaya

Mulai sejak dulu, Kabupaten Garut, Jawa Barat telah populer sebagai daerah penghasil sutra. Daerah ini miliki industri tenun sutra yang sudah ada mulai sejak beberapa puluh th. silam. Sampai sekarang ini, perajin tenun sutra di daerah itu masih tetap selalu berproduksi.

Sebagian tenun sutra buatan Garut begitu disenangi pasar, terlebih kain sutera bermotif bunga. Cece Rukmana, salah seseorang perajin tenun sutra, katakan, usaha kain sutera di Garut masih tetap menjanjikan. Terlebih, bila menghasilkan kain sutra bermotif. Pasalnya, kain sutra dengan motif masih tetap tidak sering didapat di market. Terkecuali batik, desainer lirik kain tenun Makassar
Pasar batik classic giriloyo tidak pernah loyo
Beberapa besar kain sutra yang di produksi pabrik cuma kain sutra polos berwarna putih. Walau sebenarnya, keinginan kain sutra bermotif begitu tinggi. " Saya umumnya memakai motif bunga mawar, " terang Cece.

Cece jual kain sutra bermotif seharga Rp 350. 000 per mtr.. Dalam satu bulan, ia dapat menghasilkan sampai 90 mtr. kain sutra bermotif dengan omzet sekitaran Rp 31 juta. Mengenai laba bersihnya sekitaran 20%. Sebagai pembanding, harga kain sutra polos Rp 95. 000 per mtr. serta kain sutra berwarna Rp 450. 000 per mtr..

Menurut Cece, keinginan pada kain sutra bermotif bunga selalu melonjak. Setiap saat ikuti pameran, pengunjung senantiasa bertanya kain sutra dengan motif bunga. Meski keinginan tinggi, sistem pembuatan kain sutra bermotif bunga tidaklah mudah. Perlu saat minimum satu hari

untuk satu mesin dalam membuahkan kain sutra bermotif bunga. " Jadi, rata-rata jumlah produksi kain sutra bermotif dalam satu hari cuma meraih tiga mtr. karna saya miliki tiga mesin, " katanya.

Untuk motif bunga Cece bisa dari seseorang desainer asal Bandung. Bahan baku sutra juga dia dapatkan dari Bandung berbentuk mentah. Harga nya sekitaran Rp 600. 000 per kg. Sesaat, bila sutra itu telah di rebus, harga nya dapat lebih tinggi 25% dari harga mentahnya.

Namun, Cece menyampaikan, seringkali produksinya turun karena sulit memperoleh bahan baku. Walau sebenarnya, keinginan kain sutra selalu berdatangan. " Peminat bahan baku sutra ini cukup tinggi di market, namun persediaannya terbatas, " tuturnya.

Komentar